Menuju antalya: Kota Cantik Khas Mideterania (#10)

  • Bagikan

Perjalanan selanjutnya adalah kota Antalya; sebuah kota pinggir pantai dengan suhu hangat bahkan cenderung panas di bulan Juni. Kota ini  adalah kota terbesar keenam di Turki dan memiliki pantai yang cantik sekali. Perjalanan akan ditempuh selama 3 jam dari Pamukkale. Bus selalu mengarah ke gugusan gunung Bhorus yang bermahkotan sajlu. Sementara di sisi kanan dan kiri jalan masih saja terhampar hutan homogen atau perkebunan buah-buahan. Semakin mendekati wilayah Antalya, hutan-hutan di perbukitan berganti dengan semak perdu yang juga homogen. Nampak sekali perbukitan ini tidak dimanfaatkan untuk pertanian karena terdiri dari bebatuan sehingga hanya perdu yang dapat tumbuh di sana. Sementara itu, pemukiman yang kami lewati nampak lebih beragam dari sebelumnya. Pedesaan penduduk ini memiliki bentuk dan model rumah yang beragam, mulai dari yang bagus hingga yang nampak prasejahtera.

Layaknya perjalanan dari ketinggian menuju pantai, maka perjalanan menuju Antalya kebanyakan menurun. Jalan-jalan menurun yang lebar seringkali berada di lerang bukit atau bahkan harus membelah bukit berbatu demi menjadikan jalanan aman dan nyaman bagi pengguna. Jalurnya terpisah dengan  dua lajur untuk setiap jalur. Tikungan tidak ada yang tajam dan kelokpun tidak pula harus sembilan. Jalanan ini menggambarkan Turki sebagai negara maju yang telah memberikan fasilitas terbaik untuk masyarakatnya.

banner 728x90

Kabarnya, suhu di Antalya bisa mencapai 40-55 di bulan Juni. Saat kami datang, suhu Antalya berada pada 14 derajat celcius. Cuaca ini cukup menghibur di tengah kedinginan yang melanda kami sejak 4 hari perjalanan dari Uludag hingga ke arah selatan ini. Kabarnya juga, kehangatan kota ini telah menarik orang-orang belahan Eropa lainnya untuk datang ke Antalya demi merasakan nuansa tropis dengan hanya melewati selat Bhosporus. Artinya, mereka tidak harus terbang jauh 20an jam untuk benar-benar sampai di negara tropis seperti Indonesia atau Brasil demi untuk dapat merasakan panasnya matahari.

Dari atas bukit, kami telah melihat kota Antalya sangat luas sekali. Tak heran bila kota ini disebut sebagai kota terbesar keenam di Turki setelah Konya di urutan kelima. Gedung-gedung tampak menjulang, baik gedung komersil maupun apartemen. Semuanya nampak teratur dengan nuansa lebih berwarna. Jalan raya hulu dan hilir dipisahkan oleh rel kereta api metro menandakan transportasi kota ini sangatlah berpihak. Kota ini diapit oleh laut Mediterania di selatan dan pegunungan Taurus yang terus berselubung salju di utara.

Kami menjejakkan kaki di kota Antalya dan turun di sebuah plaza terbuka menghadap ke lembah. Orang lokal menyebutnya Kaleici atau benteng kerajaan Saljuk Islam (Pra Usmaniyah). Di lembah terdapat sebuah masjid berdinding batu dan beratap genteng dengan beberapa kubah. Sebuah menara klasik berdiri gagah di sampingnya sejak tahun 1200. Di tengah lapangan terdapat tugu Mustafa Kemal Attaturk. Di bawahnya tumbuh kumpulan bunga, termasuk bunga tulip berwarna putih. Tak urung, bunga ini menjadi sasaran latar berfoto.  Ya, Antalya memang terkesan lebih hangat dengan suhu sekitar 7-14 derajat celcius, walaupun angin tetap saja menggigit tubuh. Di kota ini telah banyak tumbuh bunga seperti musim semi, termasuk bunga tulip berwarna warni.

Pusat kota Antalya memang memadukan masa lalu dan masa sekarang. Kami  menyusuri lorong-lorong tua dengan banyak kafe di sisi jalan. Kesan pemukiman tua dikuatkan dengan masjid zaman masa Saljuk, jalan batu, dan juga dinding batu pada banyak bangunan, dan gerbang Herdian (Romawi). Bergeser ke bagian lain, kami menemukan wilayah yang lebih modern. gedung gedung bertingkat berdiri dengan senyum ramah menawarkan diri untuk dihampiri. Di bagian tengah, terdapat jalan raya yang membelah bersisian dengan jalur kereta metro. sebagai pemisah jalan bus dengan kereta, terdapat taman partisi yang ditumbuhi bungan-bunga nan cantik dan juga pohon-pohon Palm. Sungguh, kawasan yang dinamai Murad Pasha ini sangat menarik untuk diexplorasi.

Sebagai kota pinggir laut Mideterania, Antalya juga memiliki atrasksi menarik lainnya. Kami sempatkan mengunjungi spot wisata ini. Kami tiba di taman Duden Park yang luas. Tampaknya, taman ini adalah milik warga kota. Terbukti dengan adanya taman bermain untuk anak-anak dan juga fasilitas olahraga ringan untuk orang dewasa. Ternyata, kami hanya melewati saja taman ini. Kami terus menuju ujung taman di sisi jurang laut. Dan, atraksi sebenarnya ada di tempat tersebut. Sungai Duden yang mengalir jauh dari pegunungan es berakhir di tepi jurang ini, meluncur indah ke laut Mideterania dari ketinggian 200 meter, mengubah diri dari air tawar menjadi air asin Mideterania. Bersatu bersepadan dalam taqdir yang telah ditetapkan.

Perlahan, hembusan angin semakin menggigit dan kulit terasa perih. Bersembunyi di balik jaket dan syal adalah pilihan yang tak terbantahkan.

Malam mulai menyapa, kota Atalya tambah cantik dan semarak dengan lampu-lampu dan musik di kafe-kafe. Udara dingin tetap menyergap tubuh-tubuh pejalan kaki. Kami memutuskan diri untuk kembali ke Hotel Adonis yang belakangnya menghadap langsung ke laut mideterania. Dari dalam kamar bernuansa tosca, kami mengucapkan Selamat malam Antalya!

(Muhammad Walidin Iskandar)

  • Bagikan